Universitas Padjadjaran, merupakan salah
satu Perguruan Tinggi Negeri yang
berdiri di tataran Jawa Barat. Pada dasarnya
keberadaan Unpad memiliki
fungsi dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu; penelitian,
pendidikan,
pengabdian, serta bertujuan dalam mencerdaskan masyarakat Jawa Barat.
Secara letak geografis,
kampus Unpad terbagi menjadi dua lokasi utama yaitu, kampus Iwa Koesoema Soemantri
di Dipati Ukur serta
kampus Unpad Jatinangor (central-campus) di Kabupaten Sumedang.
Keberadaan
kampus Unpad Jatinangor berdampak pada perkembangan pembangunan yang sangat melesat,
seperti; pembangunan apartemen, kos-kosan, cafe
di Kabupaten Sumedang. Namun di sisi lain, masih banyak masyarakat yang perekonomiannya
di bawah rata-rata, padahal mereka berada di balik pembangunan yang dihantam
habis oleh para pemilik modal. Unpad seolah-olah hanya menjadi menara gading di tengah masyarakat
pedesaan Jatinangor, yang notabenenya bekerja sebagai buruh, petani, pedagang
dan lain-lain.
“Dimanakah peran Unpad sebagai ‘menara
gading’ yang menyebabkan pembangunan Jatinangor melesat, namun didampingi
masyarakat pribumi yang mengalami stagnasi pada perekonomian?”
Sampai
hari ini, adanya menara gading di
Jatinangor, berpengaruh setidaknya sudah memberikan lapangan kerja kepada sebagian
kecil dari masyarakat setempat. Seperti contohnya, diberikan kesempatan bekerja
kepada 400-an masyarakat Jatinangor sebagai pegawai non-PNS dengan status
anggota K3L (Kebersihan, Keindahan dan Kenyaman Lingkungan) di Unpad. Ratusan
pegawai ini dibagi dalam beberapa zona, yang bertugas untuk membersihkan kawasan
kampus supaya terlihat lebih bersih dan indah.
Tapi, tahukah kamu berapakah upah yang
mereka dapat sebagai pegawai non-PNS anggota K3L setiap bulannya?
Gaji yang mereka
dapatkan hanya Rp.650.000,00/bulan, dengan tuntutan bekerja sejak pukul 07.00
hingga 15.00 WIB. Serta dikenakan potongan upah, apabila tidak masuk kerja
sehari (-) Rp.30.000,00 dan tidak masuk kerja setengah hari (-) Rp. 15.000,00. Berbeda
jauh dengan ketua K3L yang mendapatkan gaji tiga kali lipat yaitu
Rp.1.900.000,00/bulan. Belum lagi,
upah yang didapatkan anggota K3L tidak sampai setengah dari UMK
(Upah Minimum Kabupaten/Kota) Sumedang tahun 2015 yang naik 15,31 persen dari
tahun sebelumnya Rp. 1.735.000,00 menjadi Rp. 2.001.195,00, sesuai dengan
Keputusan Gubernur yang sudah ditetapkan dengan surat keputusan No.560/Kep.1581-Bangsos/2014.
Oleh sebab itu, upah
yang diberikan Unpad kepada anggota K3L tidak dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari dengan biaya hidup yang semakin mahal serta naiknya harga kebutuhan
pokok.
Hal ini menunjukkan kesenjangan sosial yang
terjadi di Jatinangor begitu nyata, walaupun pekerjaan K3L hanya menjadi “pegawai
non-PNS” dalam sebuah lembaga pendidikan, namun memiliki pengaruh besar terhadap
pencitraan Unpad terhadap ruang lingkup internal maupun eksternal kampus. Hal ini juga terjadi, karena tidak cukupnya anggaran dana dari pihak Unpad sebagai Perguruan
Tinggi Negeri dalam memberi upah pegawai non-PNS dalam segi pelayanan serta kesejahteraan pegawai K3L.
Landasan didirikannya Unpad dengan tujuan mencerdaskan masyarakat Jawa
Barat, salah
satunya memberikan
pengabdian kepada masyarakat sekitar Jatinangor sebagai tempat
berdirinya menara gading yang kokoh ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dengan melihat fenomena
ini, pemberian lapangan kerja terhadap pegawai K3L pun seperti hanya menjadi
sebagai formalitas, tanpa melihat pencapaian kesejahteraan pegawai tersebut.
Hal tersebut merupakan contoh sederhana yang menyebabkan peran Unpad dalam kesejahteraan
masyarakat Jatinangor menjadi tidak berkembang dan mengalami stagnasi.
“Unpad
berpengaruh besar dalam mencetuskan masyarakat
rantau menjadi insan intelektual, sedangkan membiarkan masyarakat pribumi dalam stigma buruh yang stagnan”
Oleh karena itu, seharusnya Unpad
memiliki peran yang lebih reaktif dalam melihat keadaan sekitar Jatinangor dalam
mengatasi kesenjangan sosial. Sosok menara
gading yang seharusnya memberikan dampak positif kepada daerah sekitarnya. Setidaknya
pemaksimalan kesejahteraan pegawai K3L sebagai bukti kecil bahwa Unpad berhasil
memenuhi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian.
Karena kesejahteraan anggota K3L
sebagai buruh lokal, dapat di wujudkan dengan praktik aktivisme yang ditujukan
untuk membela nilai-nilai dasar kemanusiaan untuk perjuangan bagi
kondisi-kondisi kehidupan yang lebih baik. Kesejahteraan
pegawai K3L dapat dicapai, dengan adanya
kerjasama antara mahasiswa,
dosen
serta
seluruh civitas Universitas Padjadjaran serta adanya pembelaan diri ‘self-defense’ dari seluruh anggota K3L
itu sendiri, di mana dari segi upah yang diberikan kepada pegawai K3L
setidaknya mendekati UMK Sumedang yang sudah ditetapkan Gubernur Jawa Barat 2014
lalu, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari,
serta diikuti dengan kinerja pegawai K3L yang semakin baik dan maksimal dalam
membuat Unpad semakin bersih, nyaman dan indah.
Selanjutnya, dibutuhkannya ruang
ekspresi dan eksistensi untuk anggota K3L bersama-sama dengan mahasiswa, yang
dapat memberikan inovasi-inovasi kepada masyarakat sesuai dengan bidang ilmu
yang ditekuni. Seperti memberikan inovasi dalam berwirausaha, bertani, membuat
koperasi desa dan lain-lain. Sehingga, pegawai K3L ataupun masyarakat
Jatinangor lebih cerdas dan mendapatkan penghasilan diluar upah yang
diterimanya.
Contoh inovasi yang dapat kita berikan
kepada pegawai K3L Unpad, seperti penyuluhan
pemanfaatan lahan sempit di pekarangan rumah, seperti bercocok tanam
menggunakan polybag atau tanaman hidroponik. Hal ini cukup efektif dan mudah
dilakukan oleh para pegawai K3L Unpad selepas mereka bekerja, karena hasil dari
bercocok tanam seperti;bawang daun; daun saledri; cengek;dll yang tidak memerlukan lahan yang luas,
dapat dijual untuk penghasilan tambahan atau digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Karena seyogyanya keberadaan Unpad, bukan hanya sebagai hiasan menara gading semata dalam mencetuskan
kaum-kaum intelektual
dengan pembagunan yang begitu melesat, namun memberikan manfaat pengabdian serta mencerdaskan masyarakat
sekitar Jatinangor,
seperti kesejahteraan yang jelas
terhadap K3L dengan inovasi.
Salam Pengabdian!
Labels: Pena Perempuan