Curhatan Anak SMA tingkat akhir

Adikku mengeluh dengan sistem yg ada.
Pusing katanya.
"Mau ujian aja harus nunggu keputusan menteri, presiden dan pejabat-pejabat bangsa"
Adikku kelas 3 SMA, yang menerima imbas sistem pendidikan yang selalu berganti dari dia awal masuk sekolah. 'Wajar aja, ganti menteri kan ganti kurikulum'. kataku. Walaupun sebenarnya memang tak wajar, namun di negaraku adalah hal yg biasa.
Sebagai warga negara pasti jadi hal lumrah, karena mengikuti keputusan menteri dalam hal pendidikan ataupun lainnya. Bisa tidak setuju,  bisa berbicara di medsos ataupun turun kejalan. Tetapi tersadar efek dr protes tak pernah nyata, karena ini bukan reformasi.

Sempat beredar kabar tidak ada ujian nasional tahun 2017 ini. Namun, ternyata pertengahan taun ini dia tetap ujian nasional, tapi sudah berganti lagi tekniknya. 'Teknik ujiannya di ganti lagi', katanya.
'Ujian nasionalnya pake komputer, kak'
'Nanti cuma milih satu mata pelajaran IPA dan mata pelajaran pokok'
'Gatau harus seneng apa engga,' tuturnya.
Adikku memilih biologi, katanya paling mudah. Rata-rata teman2nya pun begitu, cari aman aja dengan berbagai paket yang berbeda saat ujian.
Tapi tetep ada yg memilih kimia dan fisika beberapa org, pelajaran yg aku pun tak sanggup membayangkannya.

Dalam hati ku berkata, siapa sebenernya yg mendidik anak bangsa? Lagi-lagi mau mengikuti budaya barat yang pendidikannya sudah lebih maju. Manusianya yg sudah mapan dalam segi berpikir. Siswa di negara maju dapat memilih ujian sesuai dengan pelajaran yg dia sukai dan mempunyai prospek untuk masa depan.
Tak semua sistem negara maju, berhasil di aplikasikan dengan baik di negara ini. Negara berkembang, yang masih merangkak dan banyak yg belum siap.
Siapa yang salah saat adikku memilih ujian nasional pada mata pelajaran biologi ?
Bukan, bukan karena dia menyukai dan kompeten dalam pelajaran itu.
Dia hanya ingin lulus.
26 Januari 2017

Labels: