Mie Instan Juaranya

Jika kamu mie instan maka aku adalah telur mata sapi yang selalu menjadi pelengkap hari-harimu. Semenjak ada kamu, mie instan dengan berbagai varian dan aroma yang menggoda membuat aku tak ingin berpisah. Terimakasih karena kehadiranmu, duniaku menjadi sempurna.

Semua orang akan iri hati saat melihat kita bersama. Oleh karena itu, aku tak ingin berpisah denganmu. Aku tau kamu lebih berharga di bandingkan dengan diriku. Semua org tergila-gila kepadamu, sampai rela membawamu terbang ke ujung dunia. Bahkan rela membelimu dengan harga mahal sekalipun, dengan alasan melepas rindu kepada tanah air.

Ah, mie instan aku merasa bukan pasangan yang sepadan denganmu. Kau dipuji setinggi langit, dan aku hanya lahir dari anus hewan yang kotor. Apakah aku pantas menemani hari-harimu? Ini bukan cerita Cinderella kan. Aku sadar sekali ttg hal itu.

Orang-orang memilihmu di berbagai kondisi mereka, bahkan saat kantong dan perut kosong. Bantu aku untuk menjadi pelengkap hidupmu di setiap kondisimu dan waktumu. Aku akan selalu siap ada di sisi mu asalkan tidak hujan.

Dan akhirnya, hari ini pun datang juga.
Hari ini hujan, dan hanya kamu yang dibutuhkan.
Aku tidak.
Aku hanya terdiam sendiri di ruangan dingin yang hanya dibuka sesuka hati manusia.
Kamu lagi-lagi pergi sendiri tanpa membawaku bersamamu.
Tau begini aku akan lebih baik memilih menjadi petani dari pada mantan pacarmu. Petani yang akan mengurusku di belakang rumahnya. Membiarkanku bersama ibu dan sodara-soadaraku hingga aku mengeluarkan telur dari anusku sendiri.


 Bandung, 25 Januari 2017


Labels: