menatap dengan mata yang berbinar/
sepasang perempuan dan laki-laki saling terdiam di depan beranda/
banyak air yang jatuh di depan mata/
tak ada yang bisa pergi dari situasi yang dinginnya melebihi hati Naeli/
mati rasa//
kaku//
dan membeku//
Farhan sudah membasahi hatinya lebih dari apa yang Naeli lihat//
penyesalan//
rasa bersalah//
memalukan//
tapi tak terpikir terus berulang kembali//
Farhan ingin mengakhiri situasi ini/
situasi kelam/
seperti badai dengan halilintar yang menghantar kematian/
Farhan ingin pergi tanpa ada tetes air yang menyentuh pipi ataupun tubuhnya//
tanpa ada yang takut untuk kembali//
tanpa ada yang takut membuka hati//
berharap memulai kembali//
tiga puluh menit berlalu bersama ribuan air hujan/
tak ada yang berubah/
Naeli masih menatap/
berusaha hirau/
dengan sosok yang berada di sampingnya/
menatap setiap tetes air yang jatuh di pangkuan bunga anggrek dan pohon cemara//
tetes air yang semakin lebat terus membasahi taman//
begitupun ada tetes air yang tiba-tiba membasahi pipi Naeli//
hujan di bulan Desember//
tak ada pelangi di beranda//
Labels: sepotong aksara